Halaman

Rabu, 21 November 2012

sedimentasi

Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin. sedimentasi dapat dibedakan: a.sedimentasi air terjadi di sungai. b.sedimentasi angi biasanya disebut sedimentasi aeolis c.sedimentasi gletser mengahasilkan drumlin,moraine,ketles,dan esker

Rabu, 17 Oktober 2012

agensia pengendalian hayati

Pengendalian hayati terhadap patogen memiliki suatu pengertian, yaitu penghancuran sebagian atau seluruh populasi patogen yang dilakukan oleh organisme lain. Mikroorganisme antagonis mungkin terdiri atas strain avirulen patogen yang sama, yang merusak atau menghambat perkembangan patogen tersebut. Beberapa tahun belakangan ini, manusia telah mencoba memanfaatkan agen biologi alami tersebut dan mengembangkan strategi pengendalian hayati yang saat ini dapat digunakan secara efektif untuk mengatasi beberapa jenis penyakit tumbuhan (Agrios, 2005).
Pengendalian hayati akhir-akhir ini juga banyak mendapat perhatian dunia dan sering kali dibicarakan di dalam seminar atau kongres, serta ditulis dalam naskah jurnal atau pustaka, khususnya yang berkaitan dengan penyakit tanaman. Pengendalian penyakit tanaman dengan menggunakan agens pengendali hayati muncul karena kekhawatiran masyarakat dunia akibat penggunaan pestisida kimia sintetis. Adanya kekhawatiran tersebut membuat pengendalian hayati menjadi salah satu pilihan cara mengendalikan patogen tanaman yang harus dipertimbangkan (Soesanto, 2008).
Penggunaan APH dalam pengendalian OPT mempunyai beberapa keunggulan antara lain 1) tidak berdampak negatif terhadap lingkungan, 2) tidak memusnahkan musuh alami bagi OPT tertentu, 3) mencegah timbulnya ledakan OPT sekunder, 4) produk bebas residu pestisida sehingga mutu akan lebih baik, 5) tidak mengganggu kesehatan manusia, 6) terdapat disekitar areal pertanaman sehingga mencegah ketergantungan petani terhadap pestisida sintetis, dan 7) dapat menurunkan biaya produksi, karena aplikasi dapat dilakukan sekali dalam 1 musim tanam (Margiono, 2002 dalam Tombe, 2002).
Pengendalian hayati termasuk dalam komponen Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu (PHPT) yang salah satunya dapat dilakukan dengan memanfaatkan bakteri antagonis. Berbagai penelitian tentang bakteri antagonis membuktikan bahwa beberapa jenis bakteri potensial digunakan sebagai agens hayati. Bakteri antagonis tersebut selain dapat menghasilkan antibiotik dan siderofor, juga dapat berperan sebagai kompetitor terhadap unsur hara bagi patogen tanaman. Pemanfaatan bakteri antagonis dimasa depan akan menjadi salah satu pilihan bijak dalam usaha meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian hayati untuk menunjang budidaya pertanian berkelanjutan (Hasanuddin, 2003).
Agens pengendali hayati secara umum memiliki mekanisme penghambatan terhadap patogen melalui antibiotik yang dihasilkannya, kompetisi terhadap nutrisi, atau parasitisme langsung terhadap patogen. APH tidak memberi peluang pada patogen untuk mencapai populasi yang cukup tinggi hingga dapat menyebabkan tingkat keparahan penyakit yang tinggi (Agrios, 2005).
Mikroorganisme baru yang diintroduksi ke tanah (lahan), terkadang tidak dapat berkompetisi dengan mikroflora yang telah ada sebelumnya serta tidak dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Keberhasilan pengendalian hayati akan memberikan pengaruh yang baik dengan pembuatan formula dari antagonis. Salah satu cara untuk meningkatkan daya guna dari antagonis yaitu dengan memanipulasi unsur hara dalam memproduksi formula mikroba. Formula yang akan digunakan harus tersusun oleh bahan yang sesuai, terutama fungsinya terhadap APH (Kolopaking, 2008).
B. Bakteri Antagonis Bacillus sp.
Bacillus sp. merupakan salah satu kelompok bakteri gram positif yang sering digunakan sebagai pengendali hayati penyakit akar. Anggota genus ini memiliki kelebihan, karena bakteri membentuk spora yang mudah disimpan, mempunyai daya tahan hidup lama, dan relatif mudah diinokulasi ke dalam tanah. Bacillus sp. telah terbukti memiliki potensi sebagai agens pengendali hayati yang baik, misalnya terhadap bakteri patogen seperti R. solanacearum (Soesanto, 2008).
Menurut Goto (1992), Bacillus sp. diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Prokaryotae
Divisi : Firmicutes
Subdivisi : Firmibacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Bacilliaceae
Genus : Bacillus
Spesies : Bacillus sp.
Bacillus subtilis dicirikan sebagai bakteri gram positif, berbentuk batang, bersel satu, berukukuran (0,5-2,5) x (1,0-1,2) µm, bersifat aerob atau anaerob fakultatif, dan katalase positif. B. subtilis bertahan pada suhu 5-75° C dengan tingkat keasaman (pH) antara 2-8. Pada kondisi kurang menguntungkan, Bacillus akan membentuk struktur tahan berupa endospora (Soesanto, 2008).
Koloni bakteri pada medium agar berbentuk bulat, tepi teratur, permukaan tidak mengkilap, menjadi tebal dan keruh (opaque), kadang-kadang mengkerut dan berwarna krem atau kecoklatan (Arwiyanto et al., 2007). Sementara itu, menurut Machmud et al. (2002), bentuk koloni agak bervariasi pada media yang berbeda. Koloni meluas pesat pada medium yang permukaannya lembab, namun biakan bakteri dari medium padat tidak mudah larut dalam air. Beberapa strain membentuk lebih dari satu jenis antibiotik. Selain itu, mikroba ini juga membebaskan enzim yang bersifat litik (melarutkan) terhadap sel bakteri hidup.
Bacillus sp. dapat menghasilkan fitohormon yang berpotensi untuk mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan. Fitohormon yang dihasilkan bakteri tanah ini dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung fitohormon dari bakteri menghambat aktivitas patogen pada tanaman, sedangkan pengaruh secara langsung fitohormon tersebut adalah meningkatkan petumbuhan tanaman dan dapat bertindak sebagai fasilitator dalam penyerapan beberapa unsur hara dari lingkungan (Greenlite, 2009).
Beberapa spesies Bacillus sp. yang menghasilkan antibiotik dapat digunakan sebagai agens hayati. Jenis antibiotik yang dihasilkan tersebut antara lain berupa iturin, surfactin, fengicin, polymyxin, difficidin, subtilin, dan mycobacilin (Todar, 2005).
C. Bakteri Antagonis Streptomyces spp.
Streptomyces spp. termasuk ke dalam kelompok bakteri gram positif. Ditinjau dari segi morfologinya, Streptomyces spp. memiliki hifa ramping yang bercabang tanpa sekat melintang, dengan diameter antara 0,5-2 μm. Ciri inilah yang membuat Streptomyces spp. mudah dibedakan dari genus bakteri lain karena miseliumnya bercabang banyak dan berkembang dengan baik dalam rangkaian konidia yang menggulung (Agrios, 2005).
Menurut Agrios (2005), Streptomyces spp. diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Prokaryotae
Divisi : Firmicutes
Kelas : Thallobacteria
Genus : Streptomyces
Spesies : Streptomyces spp.
Genus Streptomyces terdapat dalam jumlah spesies yang sangat besar dan beragam diantara famili Actinomycetaceae lainnya. Genus tersebut memiliki keragaman dalam morfologi, fisiologi, dan aktivitas biokimia yang menghasilkan berbagai antibiotik (Taddei, 2005). Streptomyces spp, telah dikenal memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan berbagai senyawa bioaktif yang potential untuk menghambat pertumbuhan mikroba patogen tular tanah (Lestari, 2007). Antibiotik dari jenis Streptomyces yaitu bleomisin, eritromisin, josamisin, kanamisin, neomisin, tetrasiklin, dan lain-lain (Hasim, 2003 dalam Listari, 2009).
Streptomyces spp. merupakan salah satu mikroorganisme pendegradasi khitin terbanyak dari ordo actinomycetes. Kemampuan khitinolitik Streptomyces spp. banyak mendapat perhatian peneliti, karena Streptomyces spp. adalah ordo actinomycetes dengan jumlah terbanyak di tanah yang mampu memanfaatkan khitin sebagai sumber karbon dan nitrogennya (Yurnaliza, 2002). Streptomyces spp. non patogen sangat potensial dalam menghambat mikroba patogen tular tanah karena Streptomyces spp. merupakan agens hayati yang mampu bekerja efektif baik secara tunggal maupun dikombinasikan dengan mikroorganisme prokariotik lainnya (Cook dan Baker, 1983).
D. Bakteri Patogen R. solanacearum
Ralstonia solanacearum merupakan bakteri patogen tular tanah yang menjadi faktor pembatas utama dalam produksi berbagai jenis tanaman di dunia. Bakteri ini tersebar luas di daerah tropis, sub tropis, dan beberapa daerah hangat lainnya. Spesies ini juga memiliki kisaran inang luas dan dapat menginfeksi ratusan spesies pada banyak famili tanaman (Olson, 2005).
Berdasarkan kisaran inangnya, R. solanacearum dikelompokkan menjadi 5 ras. Ras 1 menyerang tanaman tembakau, tomat dan famili solanaceae lainnya, ras 2 menyerang tanaman pisang, ras 3 menyerang tanaman kentang, ras 4 menyerang tanaman jahe, dan ras 5 menyerang tanaman mulberry (Danny dan Hayward, 2001 dalam Widyantoko, 2007).
Menurut Agrios (2005), R. solanacearum diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Prokaryotae
Divisi : Gracilicutes
Subdivisi : Proteobacteria
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Ralstonia
Spesies : R. solanacearum
Ralstonia solanacearum adalah spesies yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan oleh variabilitas genetiknya yang luas dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan setempat, sehingga di alam dijumpai berbagai strain R. solanacearum dengan ciri yang sangat beragam, seperti patogenisitas, virulensi, reaksi fisiologi dan biokimia, reaksi serologi, serta kepekaannya terhadap bakteriofage (Semangun, 1988).
Ditinjau dari segi morfologi dan fisiologinya, R. solanacearum merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang dengan ukuran 0,5-0,7 x 1,5-2,5 μm, berflagela, bersifat aerobik, tidak berkapsula, serta membentuk koloni berlendir berwarna putih (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2003). Adanya lendir inilah yang membedakan penyakit layu bakteri dengan layu fusarium (Lelliot dan Stead, 1987).
Bakteri ini menginfeksi akar tanaman melalui luka yang terjadi secara tidak langsung pada waktu proses pemindahan tanaman maupun luka akibat tusukan nematoda akar, dan secara langsung masuk ke dalam bulu akar/akar yang sangat muda dengan melarut dinding sel. Infeksi secara langsung lebih banyak terjadi jika populasi bakteri di tanah terdapat dalam jumlah yang tinggi (Semangun, 1988).
E. Nematoda Parasit Tumbuhan M. incognita
Nematoda termasuk ke dalam kingdom animalia yang di dalamnya terdiri atas nematoda parasit tanaman dan hewan, serta spesies nematoda hidup bebas. Spesiesnya bersifat parasit pada tumbuhan, berukuran sangat kecil yaitu antara 300-1000 μm, secara umum memiliki ukuran panjang 4 mm dan lebar 15-35 μm. Ukuran yang kecil menyebabkan nematoda hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop (Tanindo, 2000).
Nematoda parasit tanaman merupakan parasit obligat, mengambil nutrisi hanya dari sitoplasma sel tanaman hidup. Nematoda memiliki ukuran yang sangat kecil, tetapi dapat menyebabkan kehancuran pada berbagai tanaman. Beberapa nematoda parasit tanaman hidup di luar inangnya (ektoparasit). Spesies jenis ini menyebabkan kerusakan berat pada akar dan dapat menjadi vektor virus. Spesies lainnya ada yang hidup di dalam akar (endoparasit), bersifat endoparasit migratori dan sedentari (Lisnawita, 2003).
Menurut Dropkin (1991), M. incognita diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum : Nematoda
Kelas : Secernenta
Ordo : Tylenchida
Famili : Heteroderidae
Genus : Meloidogyne
Spesies : Meloidogyne incognita
Telur nematoda Meloidogyne spp. berbentuk bulat lonjong dan diletakkan dalam kantong telur yang terdapat diluar tubuhnya. Telur tersebut disekresikan oleh sel kelenjar rektum kemudian diletakkan dalam masa gelatinus untuk melindunginya dari kekeringan dan organisme lain. Larva instar I berada di dalam telur dan menetas menjadi larva instar II. Larva ini bergerak di dalam tanah menuju akar tanaman yang sedang tumbuh. Di tempat tersebut larva menetap dan menyebabkan perubahan sel akibat aktivitas makannya. Larva melakukan pergantian kulit dengan cepat untuk kedua serta ketiga kalinya tanpa makan, dan selanjutnya menjadi jantan atau betina dewasa (Dropkin, 1991).
Nematoda puru akar dapat menyebar secara lokal dengan perantara partikel tanah, alat pertanian, air irigasi, banjir atau drainase, kaki hewan dan badai debu, sedangkan untuk yang jarak jauh dapat melalui produk pertanian dan bibit tanaman. Lama siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18-21 hari atau 3-4 minggu dan akan berlangsung lebih lama pada kondisi suhu yang dingin (Agrios, 2005).
Penyebaran nematoda puru akar, M. incognita, bersifat kosmopolit dan menginfeksi hampir semua spesies tanaman sehingga menyebabkan kehilangan hasil pada banyak tanaman. Akar tanaman yang terinfeksi nematoda menunjukkan gejala khas berupa puru. Kerusakan pada akar tersebut menyebabkan gejala di atas permukaan tanah yaitu pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil) dan layu seperti pada kondisi kekurangan air (Luc et al. 1995). Infeksi M. incognita menjadikan tanaman lebih rentan terhadap infeksi patogen tanaman lainnya baik dari golongan jamur maupun bakteri (Dropkin, 1991).

Pengendalian Hayati

Pengendalian hayati dalam pertanian yaitu suatu metode pengendalian hama (termasuk serangga , tungau, gulma dan penyakit tanaman) yang bergantung pada predasi, parasitisme , herbivory, atau mekanisme alam lainnya. Merupakan komponen yang penting dari program pengendalian hama terpadu (PHT).
Pengendalian hayati didefinisikan sebagai pengurangan populasi hama oleh musuh-musuh alami dan biasanya melibatkan campur tangan manusia. Musuh-musuh alami hama serangga juga dikenal sebagai agen pengendalian hayati, seperti predator, parasitoid dan patogen. Agensia hayati penyakit tanaman sering disebut sebagai musuh alami. Pengendalian hayati terhadap gulma dapat menggunakan herbivora dan patogen tanaman. Predator seperti kumbang wanita dan lacewings merupakan spesies bebas-hidup utama yang mengkonsumsi sejumlah besar mangsa selama hidupnya. Parasitoid adalah spesies yang berkembang pada tahap belum matang atau dalam serangga inang tunggal, pada akhirnya akan membunuh inangnya. Sebagian besar memiliki kisaran inang sangat sempit. Banyak spesies lebah dan beberapa lalat sebagai parasitoid. Patogen penyebab penyakit organisme yaitu bakteri , jamur dan virus. Patogen-patogen itu membunuh atau melemahkan inangnya dan relatif spesifik untuk kelompok serangga tertentu. Ada tiga tipe dasar dari strategi pengendalian hayati yaitu konservasi, pengendalian biologis klasik, dan augmentasi (Wikipedia.org)
Perbedaan pengendalian hayati (biological control) dengan pengendalian alami (natural control) terletak pada ada tidaknya campur tangan manusia. Pengendalian hayati dilakukan dengan campur tangan manusia pada ekosistem buatan, sedangkan pengendalian alami berlangsung pada ekosistem alami tanpa adanya campur tangan manusia. Adanya campur tangan manusia dalam pengendalian hayati karena dilakukan pada ekosistem buatan yang keseimbangannya relatif belum stabil dibanding pada ekosistem alami, misalnya ekosistem sawah.

Anak UISU Pertanian Liburan










Botani


Botani merupakan salah satu bidang kajian dalam biologi yang mengkhususkan diri dalam mempelajari seluruh aspek biologi tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian, dalam botani dipelajari semua disiplin ilmu biologi untuk mempelajari pertumbuhan, reproduksi, metabolisme, perkembangan, interaksi dengan komponen biotik dan komponen abiotik, serta evolusi tumbuhan. Orang yang menekuni bidang botani disebut sebagai botanis.

Ruang lingkup botani

Seperti bentuk-bentuk kehidupan lain dalam biologi, tumbuhan hidup dapat dipelajari dari perspektif yang berbeda, dari tingkat molekul , genetika dan biokimia melalui organel , sel , jaringan , organ , individu, populasi tumbuhan , dan komunitas tumbuhan. Pada setiap tingkat ini seorang ahli botani mungkin prihatin dengan klasifikasi ( taksonomi ), struktur ( anatomi dan morfologi ), atau fungsi ( fisiologi ) dari kehidupan tumbuh-tumbuhan.
Botani juga tidak hanya mempelajari kelompok dari Kerajaan Tumbuhan saja tetapi juga mempelajari Jamur (mikologi), Bakteri (bakteriologi), Lumut kerak (lichenology), fikologi.
Penelitian tumbuhan sangat penting karena tumbuhan adalah bagian mendasar dari kehidupan di Bumi , yang menghasilkan oksigen , makanan , serat , bahan bakar dan obat-obatan yang memungkinkan manusia dan bentuk kehidupan lainnya ada. Melalui fotosintesis , tumbuhan menyerap karbon dioksida , sebuah gas rumah kaca yang dalam jumlah besar dapat mempengaruhi iklim global. Selain itu, tumbuhan dapat mencegah erosi tanah dan berpengaruh dalam siklus air . Sebuah pemahaman yang baik tentang tumbuhan sangat penting bagi masa depan masyarakat manusia karena memungkinkan kita untuk :
  • Memproduksi makanan untuk memberi makan populasi yang berkembang
  • Memahami proses-proses kehidupan yang mendasar
  • Memproduksi obat-obatan dan bahan untuk mengobati penyakit-penyakit
  • Memahami perubahan lingkungan dengan lebih jelas

Kamis, 13 September 2012

Bulai Jagung


jagungGejala
1. Adanya garis-garis sejajar tulang daun pada permukaan daun berwarna putih sampai kuning diikuti garis-garis klorotik sampai coklat pada infeksi lebih lanjut.
2. Tanaman kerdil dan tidak menghasilkan.
3. Bila terjadi infeksi terlambat, tanaman masih menghasilkan tetapi bulir-bulirnya terinfeksi patogen.

Penyebab Penyakit
Jamur Peronosclerospora maydis (Racib) Show.  Jamur memiliki miselium yang berkembang dalam ruang antar sel. Konidiafora (penyangga konodia) dibentuk pada mulut daun, dan memiliki percabangan dikotom. Konidia berbentuk bulat, dibentuk diujung percabangan konidiafora.

Pembentukan konidiafora dan pelepasan konidia terjadi pada waktu malam hari. Jamur penyebab penyakit bulai pada jagung tidak dapat diisolasi pada media buatan
Penularan
Penularan Jamur dapat melalui udara atau melalui benih. Infeksi melalui udara ditandai dengan timbulnya gejala pada daun muda yang mengalami klorotik sedangkan daun tua masih berwarna hijau. Tanda-tanda infeksi melalui benih terlihat pada bibit muda yang memperlihatkan klorotik pada seluruh daun dan tanaman cepat mati. Pada permukaan bawah daun yang terinfeksi banyak terbentuk spora dan terlihat seperti tepung putih

Daur Penyakit
Pada malam hari jamur membentuk konodiapora dan kemudian diikuti pembentukan konidia secara serentak. Setelah beberapa saat konidia dilepaskan dan konidia akan mengadakan penetrasi melalui mulut daun (stomata). Sejak penetrasi sampai dengan timbulnya gejala (masa inkubasi) berkisar antara 9 – 11 hari.

Patogen dapat bertahan di dalam biji, tetapi sumber penularan primer berasal daritanaman jagung yang terserang. Penyakit ini merugikan pada pertanaman jagung di dataran rendah, dan tidak diterdapat pada ketinggian diatas 900 m diatas permukaan laut. Perkembangan penyakit sangat dibantu oleh kondisi cuaca lembab dan panas.

Pengendalian penyakit
Pengendalian penyakit bulai dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Penanaman secara serempak
2. Menanam varietas jagung yang tahan (resisten) terhadap penyakit bulai,
3. Perlakuan benih sebelum tanam dengan fungisida metalaksil,
4. Mencabut dan memusnahkan tanaman jagung yang sakit,
5. Melakukan perbaikan aerasi dan darinase tanah agar keadaan lahan tidak lembab,
6. Pergiliran tanaman dengan yang bukan sefamili.

Media Biakan

PENDAHULUAN
Pembiakan sel memerlukan suatu media sebagai tempat hidupnya yang disebut dengan medium kultur dan media biakan (Tortora, 2001). Suatu medium kultur yang baik harus memiliki komposisi yang lengkap antara lain harus berisi zat hara serta memiliki kondisi lingkungan yang mendukung dan sesuai kondisi in vivo sel yang akan dikultur. Pembuatan media kultur sel didasarkan pada fungsi, komposisi media, dan konsistensinya sehingga dalam kultur yang dilakukan sel dapat tumbuh dengan baik dan sesuai dengan yang diahrapkan (http://www.cyber-biology.blogspot.com/diakses 2009/10/04).
Kulturisasi bakteri untuk keperluan yang bermanfaat, pada umumnya dilakukan dengan biakan murni. Biakan murni hanya mengandung satu jenis. Untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni, umumnya digunakan dua prosedur yaitu metode agar cawan dengan goresan dan metode agar tuang (http://www.id.answers.yahoo.com/question/indeks/diakses 2009/10/04).
Biakan adalah medium yang mengandung organisme hidup. Medium itu menyediakan makanan untuk pertumbuhan bakteri. Kultur pengayaan dapat disediakan dengan penggunaan media yang selektif, penggunaan kondisi inkubasi yang selektif, dan pre-treatment bakteri yang selektif. Metode penyediaan kultur pennngayaan disesuaikan dengan sifat bakteri yang akan diisolasi, baik secara fisika maupun kimia, sehingga bakteri yang akan diisolasi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan walaupun mikroorganisme lain masih dapat hidup, pertumbuhan dan perkembangannya tidak akan maksimal (http://www.id.answers.yahoo.com/question/indeks/diakses 2009/10/04).
Media biakan yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri terdapat dalam bentuk padat, semi padat, dan cair. Media biakan harus berisi zat hara dan mempunyai zat fisik yang sesuai dengan pertumbuhan bakteri. Nutirisi yang berada didalam media biakan digunakan untuk pertumbuhan, sitesis sel, keperluan energy dalam metabolism dan pergerakan. Pada umumnya, nutrisi atau kadungan unsure dalam media biakan yang dibutuhkan oleh bakteri adalah sumber energy, karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, unsure-unsur logam, vitamin dan air. Macam kondisi fisik lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimum bakteri adalah suhu, gas atmosfer, an pH. Untuk berhasilnya kultivasi bakteri, dinutuhkan kombinasi nutirsi serta lingkungan fisik yang sesuai (http://www.id.answers.yahoo.com/question/indeks/diakses 2009/10/04).
Berdasarkan bentuknya, terdapat :
• Media cair yang komposisinya dapat sintetik dapat pula alami. Keadaaan cair karena tidak ditambahkan bahan pemadat.
• Media padat, sama seperti media cair, bedanya disini tidak ditamahkan pemadat (agar-agar, amilum, atau gelatin).
• Media semi padat, sebenarnya media ini termasuk media padat tapi karena keadaaannya lembek disebut semi solid. Bahan pemadat yang digunakan seengah dari medium padat (http://www.yudhime.blogspot.com/pewarnaan-bakteri-gram-positif-dan_07.html/diakses 2009/10/04).
Bedasarkan kegunaannya :
• Media umum, digunakan secara umum artinya medium ini dapat ditumbuhi oleh berbagai jenis mikroorganisme baik bakteri maupun jamur, misalnya NA (Natural Agar) dan lain-lain.
• Media selektif, madia ini dpakai untuk menyeleksi mikroorganisme sesuai dengan yang diinginkan, jadi hanya satu jeis mikroorganisme yang dapat tumbuh dalam media ini atau hanya satu kelompok tertentu saja, misalnya media salmonella atau sigella dari makanan atau bahan lain.
• Media diferensial, media ini juga diergunakan untuk menyeleksi mikroorganisme. Media ini dapat ditumbuhi berbagai jenis mikroorganisme tapi slah satu diantaranya dapat memberikan cirri yang khas sehingga dapat dibedakan dari yang lain dan dapat dipisahkan media pengaya. Medium ini gunanya untuk menumbuhkan miroorganisme untuk keperluan tertentu. Dibiakan dalam medium ini supaya sel-sel mikroorganisme tersebut dapat berkembang dengan cepat sehingga diperoleh populasi yang tinggi (http://www.yudhime.blogspot.com/pewarnaan-bakteri-gram-positif-dan_07.html/diakses 2009/10/04).
Berdasarkan komposisi atau susunan bahannya :
• Media alami / organik, komposisi media ini tidak diketahui secara pasti, baik jenis maupun ukurannya. Media ini sudah tersedia secara alami isalnya air, nasi, buah, biji dan lain-lain.
• Media sintetik / anorganik, sering juga disebut media buatan. Komposisi senyawa berikut takarannya diketahui secara pasti, tidak tersedia secara alami tapi dibuat. Media sitetik sering digunakan untuk mempelajari sifat faali dan genetika mikroorganisme. Senyawa organic dan anorganik yang ditambahkan dalam media sitetik harus murni, sehingga harganya mahal, misalnya sabourond agara, czapeks agara, dan lain-lain.
• Media semi sintetik, komposisinya sebagian diketahui secara pasti, sebagian lagi tidak, disebut juga medium setengah buatan, misalnya PDA, NA, dan lain-lain (http://www.yudhime.blogspot.com/pewarnaan-bakteri-gram-positif-dan_07.html/diakses 2009/10/04).
Serum merupakan sumber berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh sel untuk perkembangannya, tapi serum sangat mahal dan berpotensi menyebabkan kontaminasi. Serum mengandung protein yang berfungsi sebagai agen pembawa dan pelindung molekul lainnya (http://www.cyber-biology.blogspot.com/diakses 2009/10/04).
Media sintetik memiliki beberapa keuntungan lain yang lebih murah, sumber potensial dari agen infeksi sudah digantikan, memiliki komponen yambahan yang biasanya tidak terdapat pada jaringan hewan (Bioscience-technology, 2007 dari http://www.cyber-biology.blogspot.com/diakses 2009/10/04).
Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi diantara miroorganisme diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasinya. Macam media yang terdia dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasi mikroorganisme, juga perlu disediakan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum (http://www.makalah.blogspot.com/diakses 2009/10/06).

ALAT DAN BAHAN
No Alat Bahan
1 Erlen meyer 7 gr Nutrisi Agar
2 Pemanas/kompor 250 ml aquades
3 Pengaduk magnetic Kertas Koran
4 Tabung reaksi Alumunium foil
5 Autoclave Plastic WAP
6 Neraca elektrik Karet
CARA KERJA
Timbang 7 gr NA

Tuangkan kedalam tabung erlen meyer

Tambahkan 250 ml air

Panaskan diatas kompor dengan kasa

Aduk terus sampai mendidih

Setelah mendidih angkat dari kompor

Tunggu sampai gelembungnya hilang

Bungkus dengan kertas Koran

Masukkan kedalam autoclave

Lakukan proses sterilisasi selama 15 menit dalam suhu 1210 C

Setelah suhu autoclave 00 C, ambil erlen meyer

Nyalakan Bunsen

Siapkan tabung reaksi yang telah disterilkan

Bilas ujung tabung dengan Bunsen

Masukkan 10 ml agar-agar tadi

Bilas lagi dengan Bunsen

Tutup dengan kapas

Simpan dengan dimiringkan (± ½ jam)

Bungkus dengan kertas Koran

Lapisi dengan alumunium foil dan terakhir dengan plastic WAP
HASIL

Pengambilan alat yang telah disterilkan untuk pembuatan media biakan dari inkubator Penimbangan NA (Nutrisi Agar) sebagai bahan utama pembuatan media biakan 7 gr NA ditambahkan dengan 250 ml aquades

Larutan NA didihkan sambil diaduk dengan menggunakan pengaduk kaca Bungkus dengan erlen meyer dengan kertas Koran untuk proses sterilisasi Simpan di dalam autocalve yang sebelumnya telah diisi dengan air

Biarkan suhu naik sampai 1210 C Lakukan proses sterilisai selama 15 menit Ambil larutan NA yang telah disterilkan setelah suhu berada di 00 C

Buka larutan NA yang telah disterilkan Masukkan 10 ml larutan NA kedalam tabung reaksi Simpan tabung reaksi dengan dimiringkan


PEMBAHASAN
Dalam proses pembuatan media biakan, semua peralatan yang akan digunakan harus selalu dalam keadaan steril. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kontaminan sehingga akan mengakibatkan terbentuknya berbagai jenis mikroorgaisme lain dalam proses pembiakan.
Suatu medium kultur yang baik harus memiliki komposisi yang lengkap antara lain harus berisi zat hara serta emiliki kondisi lingkungan yang mendukung dan sesuai dengan kondisi invivo sel yang akan dikultur. Pembuatan media kultur sel didasarkan pada fungsi, komposisi media dan konsentrasinya sehingga dalam kultur yang dilakukan, sel dapat tumbuh dengan baik dan sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, proses sterilisasi dan pembuatan media biakan merupakan tahapan yang sangat penting sebagai awal dalam melakukan kltur jaringan sel hewan (http://www.cyber-biology.blogspot.com/diakses 2009/10/04).
Dalam proses pembuatan media biakan ini, bahan utama yang digunakan adalah NA (Nutrisi Agar) sebanyak 7 gr dengan ditambahkan aquades 250 ml. Pemilihan bahan NA ini adalah untuk mengefisienkan waktu dan memudahkan dalam proses praktikum. Selain itu juga untuk meminimalisir kegagalan dalam proses pembuatan media biakan karena terjadinya kontaminasi.
Larutan NA yang sudah ditambahkan dengan aquades kemudian dididihkan diatas kompor dengan menggunakan kasa. Selama proses pendidihan ini larutan NA harus terus diaduk agar tercampur rata dan tidak terjadi penggumpalan atau pengendapan sehingga diperoleh media biakan yang baik dengan komposisi nutrisi yang sama.
Dalam proses kulturisasi, baik alat maupun medianya harus selalu dalam keadaan steril. Oleh karena itu, larutan NA yang tadi sudah dipanaskan harus melalui tahap sterilisasi sebelum dituangkan kedalam tabung reaksi untuk pembuatan media. Proses sterilisasi dilakukan didalam autoclave dengan suhu 1210 C selama 15 menit. Hal ini diperlukan karena mikroba tidak dapat bertahan hidup pada kondisi didalam autoclave, sehingga meminimalisir terjadinya kontaminasi. Proses sterilisasi ini dilakukan seperti biasa saat pensterilan alat.
Selanjutnya adalah proses penuangan larutan NA kedalam tabung reaksi. Dikarenakan alat yang akan digunakan dalam proses pembuatan biakan harus selalu dalam keadaan steril, maka untuk mensterilkan alat / tabung reaksi adalah dengan menbilas ujung tabung dengan Bunsen pada saat sebelum dan sesudah menuangkan larutan NA sebelum ditutup dengan menggunakan kapas. Proses penuangan larutan NA ini juga tidak boleh jauh dari Bunsen untuk menghindari terjadinya kontaminan. Selain itu, diharuskan juga untuk tidak terlalu banyak berbicara dan menutup mulut dengan masker, karena dalam mulut terdapat berbagai jenis bakteri yang bisa merusak proses pembuatan biakan.
Karena pembiakan yang diinginkan adalah bakteri atau sel yang hidup di permukaan, maka penyimpanan tabung reaksi yang berisikan media atau laruta NA harus dimiringkan agar diperoleh permukaan yang cukup luas. Proses penyimpanan ini harus ditunggu kurang lebih selama setengah jam sampai larutan tadi berubah menjadi agar-agar.
Proses terakhir adalah penyimpanan media dengan terlebih dahulu dibungkus dengan kertas Koran kemudian dilapisi dengan alumunium foil dan plstik WAP (perekat). Hal ini dimaksudkan agar selama proses penyimpanan tidak terjadi kontaminan yang diakibatkan oleh air yang merembes kedalam bungkusan beberapa media biakan. Sebelum penanaman biakan, media ini disimpan didalam lemari es.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.cyber-biology.blogspot.com/diakses 2009/10/04
http://www.id.answers.yahoo.com/question/indeks/diakses 2009/10/04
http://www.yudhime.blogspot.com/pewarnaan-bakteri-gram-positif-dan_07.html/diakses 2009/10/04
Bioscience-technology, 2007 dari http://www.cyber-biology.blogspot.com/diakses 2009/10/04
http://www.makalah.blogspot.com/diakses 2009/10/06

Jenis Hama Dan Penyakit Pada Tanaman

1. Tikus
Gejala serangan :
  1. Tikus menyerang berbagai tumbuhan.
  2. Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, tempat penyimpanan.
  3. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji – bijian tetapi juga batang tumbuhan muda.
  4. Tikus membuat lubang – lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak – semak.
Pengendaliannya  :
  1. Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.
  2. Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
  3. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen.
  4. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati – hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.
2. Wereng
Gejala serangan :
  1. Menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang – lubang.
  2. Daun dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya mati.
Pengendaliannya  :
  1. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2 bulan.
  2. b. Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba – laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata.
  3. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.
3. Walang Sangit
Gejala serangan :
  1. Menghisap butir – butir padi yang masih cair.
  2. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat.
  3. Kulit biji iu akan berwarna kehitam – hitaman.
  4. Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama.
  5. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji – biji yang sudah mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.
  6. Faktor – faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai berikut.
  • Sawah sangat dekat dengat perhutanan.
  • Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
  • Penanaman tidak serentak
Pengendaliannya  :
  1. Menanam tanaman secara serentak.
  2. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
  3. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.
  4. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
  5. Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba – laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
  6. Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.
4. Ulat
Gejala serangan :
  1. Aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari.
  2. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.
Pengendaliannya  :
  1. Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
  2. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
  3. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pertisida.
5. Tungau
Gejala serangan :
  1. Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut.
  2. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur.
Pengendaliannya  :
  1. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar.
6. Lalat bibit (Atherigona exigua, A. Oryzae)
Gejala serangan :
  1. Lalat bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi pada senja hari.
  2. Telur menetas setelah dua hari dan larva merusak titik tumbuh. Pupa berwarna kuning kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah keluar dari pupa selama 1 minggu menjadi imago yang siap kawin.
  3. Hama ini menyerang terutama pada kondisi kelembaban udara tinggi.
Pengendaliannya  :
  1. Pengendaliannya diutamakan pada penanaman varitas yang tahan.
7. Anjing tanah atau orong-orong (Gryllotalpa hirsuta atau Gryllotalpa African
Gejala serangan :
  1. Hidup dibawah tanah yang lembab dengan membuat terowongan.
  2. Memakan hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan tanaman lebih besar dari pada manfaatnya sebagai predator.
  3. Nimfa muda memakan humus dan akar tanaman, imago betina sayapnya berkembang setengah, yang jantan dapat mengerik di senja hari.
Pengendaliannya :
  1. Pengendaliannya diarahkan pada pengolahan tanah yang baik agar terowongan rusak.
8. Uret (Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri)
Gejala serangan :
  1. Uret yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri
  2. Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur – larva (uret) – pupa – imago (kumbang).
  3. Kumbang hanya makan sedikit daun-daunan dan tidak begitu merusak dibanding uretnya.
Pengendaliannya :
  1. Pengendalian diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik agar vigor tanaman baik.
9. Ganjur (Orseolia oryzae)
Gejala serangan :
  1. Hama ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya kawin satu kali seumur hidupnya, bertelur antara 100-250 telur. Telur berwarna coklat kemerahan dan menetas setelah 3 hari.
  2. Larva makan jaringan tanaman diantara lipatan daun padi, pertumbuhan daun padi jadi tidak normal.
  3. Pucuk tanaman menjadi kering dan mudah dicabut. Masa larva selama 6 – 12 hari. Siklus hidup keseluruhan 19 – 26 hari.
Pengendaliannya :
  1. Pengendalian diarahkan pada penanaman varietas yang resisten, penggenangan areal pertanaman sesudah panen agar pupanya mati.
10. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis)
Gejala serangan :
  1. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) menyerang daun padi sejak dipesemaian hingga dilapang.
  2. Daun padi yang telah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja.
  3. Larva bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen.
  4. Larva membuat gulungan/kantung dari daun padi kemudian menjatuhkan diri ke air. Larva berwarna hijau, perkembangan sampai menjadi pupa 14 – 20 hari. Stadia pupa 4 – 7 hari.
Pengendaliannya :
  1. Meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak dapat memanfaatkan air sebagai sumber oksigen.
  2. Lalat Tabanidae dan semut Solenopsis gemitata merupakan musuh alami.
11. Penggerek jagung (Ostrinia furnacalis)
Gejala serangan :
  1. Menyebabkan batang jagung retak dan patah.
  2. Kupu sebagai induk dari hama Ostrinia furnacalis muncul di pertanaman pada malam hari, antara pk. 20.00 sampai pk. 22.00 dan meletakkan telurnya pada jam-jam tersebut. Kupu betina meletakkan telur sebanyak 300-500 butir pada daun ketiga. Telut berwarna putih kekuningan diletakkan di bawah permukaan daun secara berkelompok. Biasanya ditutupi oleh bulu-bulu.
  3. Setelah 4-5 hari telur menetas, ulat akan masuk ke dalam batang setelah berumur 7-10 hari melalui pucuknya dan sering merusak malai yang belum keluar. Selanjutnya ulat menggerek ke dalam batang dan kebanyakan pada ruas batangnya, dan setelah habis digereknya pula ruas yang disebelah bawah. Umur ulat 18-41 hari
  4. Gejala serangan ulat yang masih muda, tanda daun kelihatan garis-garis putih bekas gigitan.
  5. Serangan berikutnya tampak adanya lubang gerekan pada batang yang disertai adanya tepung gerek berwarna coklat. Apabila batang jagung patah, tanaman akan mati.
  6. Tanaman inang selain jagung adalah cantel, Panicum viride, bayam dan gulma Blumea lacera.
Pengendaliannya :
  1. Dengan cara pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan merupakan inangnya.
  2. Tanaman yang terserang dipotong dan ditimbun dalam tanah atau diberikan pada hewan ternak.
  3. Menghilangkan tanaman inang yang lain yang tumbuh diantara dua waktu tanam.
  4. Membersihkan rumput-rumputan
  5. Cara kimiawi, pengendalian dilakukan sebelum ulat masuk ke dalam batang. Beberapa jenis insektisida yang dinyatakan efektif adalah: Azodrin 15 WSC, Nogos 50 EC, Hostation 40 EC, Karvos 20 EC
12. Kutu daun persik (Myzus persicae)
Gejala serangan :
  1. Kutu daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya kutu ini ditemukan dipucuk dan daun muda tanaman cabai.
  2. Mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga dan bagian tanaman yang lain sehingga daun jadi keriting dan kecil warnanya brlang kekuningan, layu dan akhirnya mati.
  3. Melalui angin kutu ini menyebar ke areal kebun.
  4. Efek dari kutu ini menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan terhambat, daun mengecil.
  5. Kutu ini mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi permukaan daun akan ditumbuhi cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil dalam penyebaran virus.
Pengendaliannya :
  1. Pengendalian dengan cara menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabai seperti jagung.
  2. Pengendalian dengan kimia seperti Curacron 500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC, Hostation 40 EC, Orthene 75 SP.
13. Thrips/kemreki (Thrips parvispinus)
Gejala serangan :
  1. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas.
  2. Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi perantara penyebaran virus. sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapa satu hamparan.
Pengendaliannya :
  1. Dengan pergiliran tanaman adalah langkah awal memutus perkembangan Thrips.
  2. Memasang perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara digulung dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk tanaman.
  3. Pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Yang dapat dilih antara lain Agrimec 18 EC, Dicarzol 25 SP, Mesurol 50 WP, Confidor 200 SL, Pegasus 500 SC, Regent 50 SC, Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Hostathion 40EC, Mesurol 50 WP. Dosis penyemprotan disesuaikan dengan label kemasan.
14. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala serangan :
  1. Daun bolong-bolong pertanda serangan ulat grayak. Kalau dibiarkan tanaman bisa gundul atau tinggal tulang daun saja.
  2. Ia juga memakan buah hingga berlubang akibatnya cabe tidak laku dijual.
Pengendaliannya :
  1. Dengan cara mengumpulkan telur dan ulat-ulat langsung membunuhnya.
  2. Menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama dan pergiliran tanaman.
  3. Pasang perangkap ngengat UGRATAS, dengan cara dimasukkan kedalam botol bekas air mineral ½ liter yang diberi lubang kecil sebagai sarana masuknya kupu jantan. Karena UGRATAS adalah zat perangsang sexual pada serangga jantan dewasa dan sangat efektif untuk dijadikan perangkap.
  4. Jika terpaksa atasi serangan ulat grayak dengan Decis 2,5 EC, Curacron 500 EC, Orthene 75 Sp, Match 50 EC, Hostathion 40 EC, Penyemprotan kimia dengan cara bergantian agar tidak terjadi kekebalan pada hama.
15. Lalat buah (Dacus ferrugineus Coquillet atau Dacus dorsalis Hend)
Gejala serangan :
  1. Lalat ini menusuk pangkal buah cabe yang terlihat ada bintik hitam kecil bekas tusukan lalat buah untuk memasukkan telur.
  2. Buah yang terserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk, dan berlobang.
  3. Setelah telur menetas jadi larva (belatung) dan hidup di dalam buah sampai buah rontok dan membusuk larva akan keluar ke tanah dan seminggu kemudian berubah menjadi lalat muda.
Pengendaliannya :
  1. Lakukan pergiliran tanaman untuk memutus rantai perkembangan lalat.
  2. Kumpulkan semua buah cabai yang terserang dan musnahkan.
  3. Kendalikan dengan perangkap metil eugenol yang sangat efektif dengan cara memasukkan metil eugenol dalam kapas ke botol bekas air mineral yang telah diolesi minyak goreng, atau diberi air. Gantungkan perangkap di pingir kebun.
  4. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan Buldok, Lannate, Tamaron, Curacron 500 EC.
16. Belalang
Gejala serangan :
  1. Gejala penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun menjadi rombeng.
Pengendaliannya :
  1. Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara manual.
  2. Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan berembun biasanya belalang tidak dapat terbang dengan sayap basah.
17. Kutu perisai
Gejala serangan :
  1. Hama ini menyerang bagian daun.
  2. Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun.
Pengendaliannya :
  1. Dapat diatasi menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif acephate.
18. Spider mite
Gejala serangan :
  1. Spider mite mengisap cairan pada tanaman.
  2. Serangan hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning, kemudian muncul bercak-bercak pada bagian yang diisap cairannya.
  3. Serangan Spider mite secara besar bisa mengakibatkan daun habis dan tanaman mati. Spider mite lebih kebal terhadap insektisida.
Pengendaliannya :
  1. Disarankan menggunakan akarisida.
19. Fungus gnats
Gejala serangan :
  1. Adalah serangga yang berbentuk seperti nyamuk berwarna hitam.
  2. Larvanya yang berbentuk seperti cacing hidup di dalam media tanam dan sering makan akar halus tanaman.
  3. Fungus gnats dewasa merusak seludang bunga, dengan gejala serangan munculnya bintik-bintik hitam pada seludang bunga.
Pengendaliannya :
  1. Pada fase masih menjadi larva, maka penanganannya dilakukan dengan menaburkan Nematisida seperti Furadan G ke media tanam.
  2. Sedangkan pada fase dewasa, dilakukan penyemprotan insektisida.
20. Cacing liang (Radhopolus Similis)
Gejala serangan :
  1. Menghisap cairan pada akar tanaman.
  2. Tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman menjadi lambat tumbuh dan kerdil serta menghasilkan bunga yang kecil.
Pengendaliannya :
  1. Untuk mengatasinya digunakan Nematisida seperti Furadan G yang ditaburkan pada media tanam sesuai aturan yang tertera dalam kemasan.
  2. Aplikasi pestisida pada tanaman hias sebaiknya digunakan secara bijak, mengingat dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Karena umumnya tanaman hias diletakkan berdekatan dengan manusia, disamping juga pertimbangan akan adanya kemungkinan serangga menjadi semakin kebal dengan insektisida yang digunakan.
21. Penyakit Rebah Kecambah (Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp.)
Gejala serangan :
  1. Penyakit ini menyerang pada tembakau.
  2. Pada umumnya menyerang di pembibitan, dengan gejala serangan pangkal bibit berlekuk seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya bibit roboh.
  3. Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban di atas 85 % drainase buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 – 8,5.
Pengendaliannya :
  1. Penyakit ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan.
  2. Disinfeksi tanah sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan.
  3. Pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida netalaksil 3 g/liter air Mankozep (2 – 3 g/liter air), Benomil 2 – 3 g/liter air dan Propanokrab Hidroklorida 1 – 2 ml/l air.
22. Penyakit Lanas (disebabkan cendawan Phytophthora nicotianae var Breda de Haan)
Gejala serangan :
  1. Penyakit ini menyerang pada tembakau.
  2. Tanaman yang  daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang dekat permukaan tanah busuk berwarna coklat dan apabila dibelah empulur tanaman bersekat-sekat.
  3. Daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan akhirnya mati.
  4. Bergejala nekrosis berwarna gelap terang (konsentris) dan setelah prosesing warnanya lebih coklat dibanding daun normal.
Pengendaliannya :
  1. Melakukan sanitasi pengolahan tanah yang matang, memperbaiki drainase, penggunaan pupuk kandang yang telah masak.
  2. Rotasi tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan seperti Coker 48, Coker 206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317, Ky 340, Oxford 1, dan Vesta 33.
  3. Dengan penyemprotan fungisida pada pangkal batang dengan menggunakan fungisida Mankozeb 2 – 3 g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter air, Propanokarb Hidroklorida 1 – 2 ml air dan bubur bordo 1 – 2 %.
23. Virus Penyakit Kerupuk (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV).
Gejala serangan :
  1. Penyakit ini menyerang pada tembakau.
  2. Daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas, tulang daun bengkok, daun menebal, atau sampai daun berkerut dan sangat kasar.
Pengendaliannya :
  1. Memberantas vektor lalat putih (Bemisia tabaci) dengan insektisida dimetoat atau imedakloprid.
24. Kutu Daun Tembakau (Myzus persicae)
Gejala serangan :
  1. Kutu ini merusak tanaman tembakau.
  2. Menghisap cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan dan pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat.
  3. Kutu ini menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi lengket dan ditumbuhi cendawan berwarna hitam.
  4. Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan tekstur dan selanjutnya akan mengurangi mutu dan harga.
  5. Secara Khemis kutu daun mengurangi kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan maningkatkan total nitrogen daun.
  6. Kutu daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu daun dapat menyebabkan kerugian 22 – 28 % pada tembakau flue-cured.
Pengendaliannya :
  1. Mengurangi pemupukan N dan melakukan penyemprotan insektisida yaitu apabila lebih besar dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor kutu).
  2. Pestisida yang digunakan yaitu jenis imidaklorid.
25. Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)
Gejala serangan :
  1. Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva.
  2. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi.
Pengendaliannya :
  1. Karantina; yaitu dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah terserang PBK
  2. Pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4m sehingga memudahkan saat pengendalian dan panen
  3. Mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali) lalu buah dimasukkan dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam
  4. Menyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-kan kantong plastik dan cara ini dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini dapat juga mencegah serangan hama helopeltis dan tikus
  5. Cara kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok 25 EC dengan volume semprot 250 l/ha dan frekuensi 10 hari sekali.
26. Kepik penghisap buah (Helopeltis spp)
Gejala serangan :
  1. Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah.
  2. Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika buah tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk.
  3. Bila serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting layu mengering dan meranggas.
Pengendaliannya :
  1. Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-an dilakukan secara menyeluruh.
  2. Dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.
27. Penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora)
Gejala serangan :
  1. Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah.
  2. Disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan biasanya penyakit ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab.
Pengendaliannya :
  1. Sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam tanah sedalam 30 cm.
  2. Kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun.
  3. Cara kimia, yaitu menyemprot buah dengan fungisida seperti :Sandoz, cupravit Cobox, dll. Penyemprotan dilakukan dengan frekuensi 2 minggu sekali; (4) penggunaan klon tahan hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan hibrida DR1.
28. Antraknosa (Penyebab jamur C. capsici)
Gejala serangan :
  1. Menyerang pada tanaman cabe
  2. Adanya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair.
  3. Lama–kelamaan busuk tersebut akan melebar membentuk lingkaran konsentris.
  4. Dalam waktu yang tidak lama maka buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk.
  5. Ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan.
  6. Penyebarannya tidak hanya melalui sentuhan antara tanaman saja melainkan juga bisa karena percikan air, angin, maupun melalui vektor.
Pengendaliannya :
  1. Dengan kultur teknis yang baik.
  2. Dapat juga dilakukan pembersihan atau pembuangan bagian tanaman yang sudah terserang agar tidak menyebar.
  3. Selain dengan cara budidaya yang baik, saat pemilihan benih harus kita lakukan secara selektif .
  4. Disarankan agar menanam benih cabe yang memiliki ketahanan terhadap penyakit pathek.
  5. Secara kimia, pengendalian penyakit ini dapat disemprot dengan fungisida bersifat sistemik yang berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Mankozeb seperti Victory 80WP.

Anatomi Daun


daun Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia.

Bentuk Daun (Morfologi)

bentuk daun
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.
Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air. Daun segar (kiri) dan tua. Daun tua telah kehilangan klorofil sebagai bagian dari penuaan.
Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).


Fungsi Daun Bagi Tumbuhan atau Tanaman



Tempat Terjadinya Fotosintesis

fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.


Sebagai Organ Pernapasan atau Respirasi

respirasi
Stomata berfungsi sebagai organ respirasi. Stomata mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis, mengeluarkan O2 sebagai hasil fotosintesis. Stomata ibarat hidung kita dimana stomata mengambil CO2 dari udara dan mengeluarkan O2, sedangkan hidung mengambil O2 dan mengeluarkan CO2. Stomata terletak di epidermis bawah. Selain stomata, tumbuhan tingkat tinggi juga bernafas melalui lentisel yang terletak pada batang.


Tempat Terjadinya Transpirasi

transpirasi
Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan.


Tempat Terjadinya Gutasi

gutasi
Gutasi adalah proses pelepasan air dari jaringan daun dalam bentuk cair. Gutasi terjadi melalui lubang-lubang pengeluaran yang terdapat pada bagian tepi daun sebagai bagian dari proses pengeluaran kelebihan air sebagai sisa metabolisme, khususnya pada saat pengeluaran dengan cara transpirasi (penguapan) tidak efektif, misalnya pada malam hari. Gutasi dapat diamati pada pagi hari dan dapat disalahartikan sebagai embun. Ia terlihat sebagai tetes-tetes air di tepi daun yang tersusun teratur, sesuai dengan lokasi lubang pengeluaran.


Alat Perkembangbiakkan Vegetatif

reproduksi vegetatif
Reproduksi vegetatif adalah cara reproduksi makhluk hidup secara aseksual (tanpa adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina). Reproduksi vegetatif bisa terjadi secara alami maupun buatan. Perkembangbiakan dengan membelah diri biasanya terjadi pada hewan tingkat rendah,bersel satu/protoza, misalnya: amuba dan paramaecium. Pembelahan diri biner jika terjadi pembelahan individu menjadi 2 individu baru, dan disebut pembelahan diri multipel (perkembangbiakan dengan spora) jika pembelahan individu menjadi banyak individu, misalnya: plasmanium.


Anatomi Daun

anatomi daun


Epidermis

epidermis
Jaringan ini terbagi menjadi epidermis atas dan epidermis bawah, berfungsi melindungi jaringan yang terdapat di bawahnya. Epidermis atas berfungsi untuk mengurangi penguapan air yang terlalu berlebihan pada daun. Epidermis bawah berfungsi untuk mengatur menutup dan membukanya. stomata serta mengendalikan pertukaran gas.


Jaringan Mesofil

Jaringan mesofil terletak di antara epidermis atas dan epidermis bawah. Pada tumbuhan dikotil, jaringan mesofil terdiri dari dua jaringan yaitu: jaringan palisade (jaringan tiang) dan jaringan spons (jaringan bunga karang). Sel-sel jaringan palisade berbentuk memanjang seperti tiang dan tersusun rapat. Pada jaringan palisade, terdapat banyak kloroplas. Oleh sebab itu fotosintesis terjadi di jaringan ini. Berbeda dari jaringan palisade, jaringan spons sel-selnya tidak tersusun rapat. Karena sel-selnya tidak tersusun rapat, jaringan spons digunakan untuk menyimpan cadangan makanan.
Pada tumbuhan monokotil, jaringan mesofil tidak terdiri atas jaringan palisade dan jaringan spons. Fotosintesis terjadi pada jaringan mesofil.


Jaringan Pembuluh

Jaringan pembuluh terletak pada jaringan spons. Jaringan pembuluh pada daun merupakan kelanjutan dari jaringan pembuluh pada batang. Ada dua jenis pembuluh yaitu Pembuluh Kayu (xylem) yang berperan untuk mengangkut air dan mineral yang diserap akar dari tanah menuju daun dan Pembuluh Tapis (floem) yang berperan untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan.
Pada tumbuhan dikotil, terdapat kambium yang membatasi pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Tapi pada tumbuhan monokotil, tidak terdapat kambium yang membatasi pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Akibat adanya kambium, memungkinkan batang tumbuhan dikotil bertambah lebar dan terbentuknya lingkaran tahun pada batang.

Kadar Air Benih

Yang dimaksud kadar air benih, ialah berat air yang “dikandung” dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah contoh kerja yang digunakan merupakan benih yang diambil dan ditempatkan dalam wadah yang kedap udara. Karena untuk penetapan kadar air, jika contoh kerja yang digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih yang sebenarnya karena telah mengalami perubahan akibat adanya kontaminasi udara dari lingkungan. Yang kedua adalah untuk pengujian kadar air ini harus dilakukan sesegera mungkin, selama penetapan diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan udara luar serta untuk jenis tanaman yang tidak memerlukan penghancuran, contoh benih tidak boleh lebih dari 2 menit berada di luar wadah.
Metode yang digunakan untuk menguji kadar air ini juga harus diperhatikan. Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu :
a) Konvensional ( Menggunakan Oven )
Skema pengujian kadar air benih dengan metode konvensional (oven)

b) Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester, Ohaus MB 45, Higromer) 
    Dalam metode ini hasil pengujian kadar air benih dapat langsung diketahui.

Feild Trihp Ke Toba pulp Lestari

Rabu, 12 September 2012

BUDIDAYA JAGUNG HIBRIDA

Pengertian Tentang Tanah


Pengertian Tanah

Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organik.Tanah sangat berperan dalam kehidupan makhluk hidup di bumi karena tanah membantu pertumbuhan tumbuhan dengan menyediakan hara,air dan unsur-unsur yang di perlukan tumbuhan untuk tumbuh sekaligus sebagai penopang akar Tanah juga menjadi habitat hidup bagi makhluk mikroorganisme.Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi tempat untuk hidup dan bergerak.Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi.Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah.

Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1. Tanah Humus

Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.

2. Tanah Pasir

Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.

3. Tanah Alluvial / Tanah Endapan

Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.

4. Tanah Podzolit

Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.

5. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi

Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.

6. Tanah Laterit

Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.

7. Tanah Mediteran / Tanah Kapur

Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

8. Tanah Gambut / Tanah Organosol

Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.

Para Ilmuan membagi bumi menjadi tiga (3) bagian yaitu lapisan inti(core),lapisan mantel(mantle),dan lapisan kerak(crust).

a.Inti bumi(core)

Inti Bumi (core) adalah lapisan bumi yang terletak di tengah2 bumi/pusat bumi dengan ketebalan 3500 km. Inti bumi bagian luar tedapat bagian cair, sedangkan bagian dalam berbentuk padat yang mempunyai suhu sangatlah panas sekitar 3000-5000 derajat celcius.

b.Mantel bumi(mantle)

Mantel Bumi (mantle) adalah lapisan batuan yang menyelubungi lapisan inti dengan ketebalan 2900 km. Suhu pada lapisan mantel bumi adalah sekitar 2800 derajat celcius.

c.kerak bumi(crust)

Kerak Bumi (crust) adalah lapisan bumi yang paling luar yang terdiri dari 2 lapisan yaitu kerak benua yang merupakan daratan dan kerak samudra yang tertutupi oleh perairan.Kerak benua memiliki ketebalan sekitar35 km sedangkan kerak samudra hanya sekitar 7 km.

B.Peran Tanah

Tanah sangat penting peranannya bagi kahidupan di bumi salah satunya tumbuhan, tanah juga mempunyai struktur yang berongga yang berguna untuk akar tumbuhan untuk bernapas dan tumbuh, tanah juga mempunyai fungsi penting untuk menyimpan air dan menekan erosi.

Beberapa Fungsi tanah yaitu :

1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran.
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman.
3. Penyedia kebutuhan skunder tanaman.
4. Sebagai tempat hidup biota tanah.

Tanah juga berfungsi melindungi tanaman dari serangan hama & penyakit dan damapak negatif dari pestisida maupun limba imdustri yang berbahaya yang terdapat di sekitar tanaman.

Tanah tersusun atas beberapa komponen yaitu bahan anorganik(mineral),bahan organik,air dan udara.Berikut presentase kandungen tanah diatas :

-bahan anorganik:40%
-biota :5%
-bahan organik :10%

Profil Tanah

Profil merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitiannya. Dalam hal ini misalnya untuk keperluan genesa tanah pada oksisol yang solumnya tebal, pembuatan profil tanah dapat mencapai kedalaman sekitar 3 - 3,5 meter.
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian.
Tinggi muka air tanah berubah-ubah sesuai dengan keadaan iklim tetapi dapat juga berubah karena pengaruh dari adanya kegiatan konstruksi. Di tempat itu dapat juga terjadi muka air tanah dangkal, di atas muka air tanah biasa, sedangkan kondisi dapat terjadi bila tanah dengan permeabilitas tinggi di permukaan atasnya dibatasi oleh lapisan muka air tanah setempat, tetapi berdasarkan tinggi muka air tanah pada suatu tempat lain yang lapisan atasnya tidak dibatasi oleh lapisan rapat air.
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih rendah dan pada tanah ini koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka pori. Kalau tanahnya berlapis-lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar dari pada permeabilitas untuk aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung yang bercelah lebih besar dari pada lempung yang tidak bercelah (unfissured).

Tekstur Tanah

Tekstur tanah merupakan gambaran tingkat kekasartan atau kehalusan bahan mineral yang menyusun tanah.Tekstur tanah di tentikan oleh proporsi tiga jenis partikel tanah,yaitu pasir,debu/endapan lumpur,dan lempung/liat.pembagian ini berdasarklan ukuran partikel ketiga jenis tanah tersebut.Pasir memiliki ukuran partikel paling besar sedangkan lempung memiliki ukuran partikel paling kecil.

Tekstur tanah sangat menentukan kualitas tanah terutama dalam dalam hal kemampuannya menahan air.tekstur tanah merupakan gambaran tinkat kekasaran atau kehalusan bahan mineral yang menyusun tanah.disini tekstur tanah ditentukan 3 jenis partikel tanah yaitu,pasir,debu/endapan lumpur,dan lempung/liat.disini dijelaskan pula bahwa tanah yang mengandung banyak lempung dianggap memiliki tingkat kesuburan yang tinggi.

Struktur Tanah

Struktur tanah terbentuk melalui Agregasi berbagai partikel tanah yang menghasilkan bentuk/susunan tertentu pada tanah.Struktur tanah juga menentukan ukuran dan jumlah rongga antar partikel tanah yang mempengaruhi pergerakan air,udara,akar tumbuhan,dan organisme tanah.Beberapa jenis struktur tanah adalah remah,butir(granular), lempeng, balok,prismatik,dan tiang.

Pembagian jenis tanah yang dilakukan oleh para ilmuan ada berbagai macam.Berikut ini adalah beberapa jenis tanah berdasarkan USDA(United States Department of Agriculture) :

Entisols,adalah tanah yang terbentuk dari sedimen vulkanik serta batuan kapur & metamorf.
Histosols,adalah tanah yang terbentuk dari pembusukkan jaringan tanaman sehingga mengandung banyak bahan organik.
Inceptisols,adalah tanah mineral yang usianya masih muda.
Verticols,adalah tanah mineral dengan warna abu kehitaman, mengandung lempung 30 % banyak terdapat di daerah beriklim kering dan memiliki batuan induk kaya akan kation.
Oxisols,adalah tanah yang mengalami pencucian sehingga kandungan zat hara sedikit sementara kandungan alumunium dan besi tinggi.
Andisols,adalah tanah berwarna gelap yang terbentuk dari endapan vulkanik.
Mollisols,adalah tanah mineral yang serupa dgn tanah praire, terbentuk dari batuan kapur.
Ultisols,adalah tanah yang berwarna kuning-merah yang telah mengalami pencucian.
F.kerusakan Tanah dan Upaya penaggulangannya.

Kerusakan tanah dapat berupa erosi(pengikisan tanah dan pemindahan tanah oleh air atau angin)atau kehilangan(nutrien)dan bahan organik.Kerusakan ini sebagian besar disebabkan aktivitas manusia,diantaranya sebagai berikut :

Deforestasi

Deforestasi yang dilakukan manusia umumnya untuk kebutuhan kayu atau untuk menyediakan lahan pemukiman/perkotaan,pertambangan,dan pertanian.Hilangnya vegetasi akibat deforestasi menyebabkan lapisan tanah mudah terbawa air ketika turun hujan,karena tidak ada akar pohon ataupun bahan organik yang mengikat partikel tanah.Selain itu,hujan juga dapat mempercepat pengikisan dan pemindahan unsur hara serta bahan organik,sementara tidak ada cukup vegetasi yang dapat mengalami pembusukan untuk menggantikan unsur hara dan bahan organik yang hilang.Hilangnya vegetasi juga menyebabkan tingkat kelembapan tanah menurun sehingga tanah menjadi kering.