Halaman

Rabu, 17 Oktober 2012

Pengendalian Hayati

Pengendalian hayati dalam pertanian yaitu suatu metode pengendalian hama (termasuk serangga , tungau, gulma dan penyakit tanaman) yang bergantung pada predasi, parasitisme , herbivory, atau mekanisme alam lainnya. Merupakan komponen yang penting dari program pengendalian hama terpadu (PHT).
Pengendalian hayati didefinisikan sebagai pengurangan populasi hama oleh musuh-musuh alami dan biasanya melibatkan campur tangan manusia. Musuh-musuh alami hama serangga juga dikenal sebagai agen pengendalian hayati, seperti predator, parasitoid dan patogen. Agensia hayati penyakit tanaman sering disebut sebagai musuh alami. Pengendalian hayati terhadap gulma dapat menggunakan herbivora dan patogen tanaman. Predator seperti kumbang wanita dan lacewings merupakan spesies bebas-hidup utama yang mengkonsumsi sejumlah besar mangsa selama hidupnya. Parasitoid adalah spesies yang berkembang pada tahap belum matang atau dalam serangga inang tunggal, pada akhirnya akan membunuh inangnya. Sebagian besar memiliki kisaran inang sangat sempit. Banyak spesies lebah dan beberapa lalat sebagai parasitoid. Patogen penyebab penyakit organisme yaitu bakteri , jamur dan virus. Patogen-patogen itu membunuh atau melemahkan inangnya dan relatif spesifik untuk kelompok serangga tertentu. Ada tiga tipe dasar dari strategi pengendalian hayati yaitu konservasi, pengendalian biologis klasik, dan augmentasi (Wikipedia.org)
Perbedaan pengendalian hayati (biological control) dengan pengendalian alami (natural control) terletak pada ada tidaknya campur tangan manusia. Pengendalian hayati dilakukan dengan campur tangan manusia pada ekosistem buatan, sedangkan pengendalian alami berlangsung pada ekosistem alami tanpa adanya campur tangan manusia. Adanya campur tangan manusia dalam pengendalian hayati karena dilakukan pada ekosistem buatan yang keseimbangannya relatif belum stabil dibanding pada ekosistem alami, misalnya ekosistem sawah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar